Pagi sekiranya merupakan sapaan sebuah kehidupan bagi siapa saja yang hendak menjalankan aktifitas. Begitu pula aku, saat pagi itu sedang tidak ingin tidur-tiduran saja di atas kasur, aku dan temanku akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke puncak gunung. Kebetulan waktu itu kami ingin mendaki gunung Prau, gunung yang terletak di kawasan dataran tinggi Dieng, memiliki ketinggian 2565 mdpl. Gunung yang memang terbilang tidak terlalu tinggi, tracknya pun tidak terlalu menyusahkan, juga memiliki pemandangan yang sangat indah!. Tidak heran para pendaki berduyun-duyun ingin menapakkan kakinya di gunung tersebut. Apalagi, saat berada di puncaknya pun kita bisa melihat sunrise yang terbilang sangat strategis posisinya, tidak heran jikalau gunung prau termasuk spot sunrise terbaik di Indonesia, bahkan di dunia. Ya, cukup membayangkan bagaimana indahnya gunung tersebut, saatnya kami packing barang-barang yang perlu dibawa saat pendakian. Matras, sleeping bag, tenda, kompor, gas, dan peralatan kelompok yang lainnya sudah kami persiapkan sematang-matangnya. Ohya, dikarenakan musim hujan sedang menerpa, ada baiknya kita membawa jas hujan demi kebaikan tubuh kita. Juga senter, untuk penerangan. Setelah semua telah siap, aku dan temanku, berdua naik motor dan menuju di pom bensin Candi Gedong Songo, karena dua temanku sedang menunggu kami disana. Kami naik ber 6, yang dua lainnya juga sedang persiapan menuju pom bensin. Singkat cerita, kami ber enam sudah berkumpul di tempat janjian.
Rencana kami, kami ingin naik Prau Via Wates. Kami pun melewati jalan menuju Temanggung lewat jalur Sumowono, dari Bandungan nanti belok kiri ke arah pasar. Sekitar 3 jam perjalanan kami tempuh dengan naik motor. Sesampainya di Basecamp Wates, kami istirahat sejenak untuk merenggangkan otot-otot yang sempat kaku selama perjalanan di atas motor. Dan betul saja, sesampainya disana gerimis menyambut kami, juga kabut yang begitu lembut. Hmm, untung saja kami sudah persiapan membawa jas hujan. Dan basecamp Wates bisa dibilang masih sepi pengunjung, karena kami hanya melihat beberapa motor saja yang terparkir di dalam.
Basecamp Prau Via Wates |
Peta Pendakian Prau via Wates yang tertempel di dinding basecamp |
Kami tiba di basecamp sekitar jam 5, dan cuacanya pun terbilang kabut dan gerimis. Kami pun memulai pendakian. Dari basecamp menuju pos 1 bisa memakai jasa ojek jika berkenan, harganya sekitar Rp.25.000. Kami memutuskan untuk berjalan kaki saja, karena untuk menghemat pengeluaran he he. Dari basecamp menuju pos 1 perjalanan dimulai rute melewati beberapa rumah penduduk warga sekitar, setelah itu melewati perkebunan dengan berbagai macam tanaman. Ada, kentang, daun brokoli, cabe, dan lain-lain. Beruntungnya waktu melewati perkebunan tersebut, kami dikasih kentang oleh penduduk lokal, tanpa basa-basi kami mengambilnya, lumayan buat bahan masakan nanti di tenda he he. Setelah melewati beberapa perkebunan, akhirnya tiba juga di pos 1, yang bernama Blumbung Kodok. Entah apa maksud dibalik nama tersebut, namun aku berspekulasi karena di dekat situ ada kolam yang berisi kodok-kodok, dan suaranya lumayan nyaring he he.
Rute menuju pos 1, viewnya lumayan oke |
Perkebunannya luasss |
Pos 1, pose dulu |
Santai di pos 1 sambil berbincang dengan rekan pendakian, sangat menyenangkan. Setelah itu, kami melanjutkan pendakian. Dari pos 1 ke pos 2 cukup memakan waktu yang lumayan lama, sekitar 1 setengah jam. Namun track yang dilalui tidak terlalu menguras tenaga, cukup bersahabat karena banyak bonusnya he he. Lantas setelah sampai di pos 2 kami istirahat sebentar, kira-kira waktu itu sekitar jam 7 atau setengah 8 malem.
Pos 2 |
Dan memang betul, Prau via Wates ini masih terbilang sepi, karena kami hanya menemui beberapa pendaki saja saat naik. Mungkin saja karena kami naiknya pada hari Jumat. Setelah dari pos 2, kami melannjutkan lagi pendakian. Karena tempat untuk mendirikan tenda bisa di daerah bukit rindu ataupun pelawangan, yang letaknya setelah pos 3. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 lumayan memakan waktu juga, karena kami berjalan santai pada waktu itu, sekitar satu jam. Dan akhirnya sampai juga di pos 3.
pos 3 |
Dedaunan saling berbisik, kabut lembut mulai menyeruak ke sekitar tubuh-tubuh kami. Perjalanan harus kami lanjutkan, cuaca semakin dingin dan itu menandakan bahwa membuat kopi hangat dan mendirikan tenda harus secepat mungkin. Kami pun melangkahkan kaki dengan iringan kabut, juga obrolan rumput. Sehingga tak terasa, dengan mendengarkan percakapan alam, kami sudah sampai tempat untuk mendirikan tenda. Sesegara mungkin kami mendirikan tenda, juga menyiapkan keperluan memasak untuk menghangatkan badan dan juga mengenyangkan perut.
Tenda telah didirikan, raga kami mulai kelelahan, akhirnya kami bertemu mimpi kami masing-masing. Dengan iringan syahdu angin malam gunung Prau. Esok hari, kami berfoto-foto, memasak, dan bersuka ria. Namun sayangnya, kabut terus menyelimuti gunung Prau hingga siang datang. Tak apa, kabut tak pernah ingkar janji, ia bukannya menutup keindahan, melainkan menghangatkan kebersamaan.
Tenda kami |
Perjalanan, ditemani kabut lembut |
Bertemu pendaki lain saat turun |
Dannn ini penampakan jika cuaca sangat baguss
Penampakan sumbing sindoro, merbabu merapi dari bukit rindu prau via wates |
FYI, setelah pos 3 jalan sedikit, ada mata air yang dapat kalian ambil untuk memenuhi kebutuhan masak, maupun untuk minum. Terletak disamping kanan jalan.
Pralon yang menghubungkan air, disini ada mata air untuk kita gunakan. |
Sekian ceritaku mengenai pendakian prau via wates. Jikalau kawan-kawan ingin menaiki prau via wates, cobalah. Karena jalurnya pun tidak begitu terjal, bisa dibilang cukup aman untuk para pemula. Namun, ingat, jangan sampai lupa keselamatan diri sendiri, mulai dari peralatan dan juga perlengkapan yang harus dibawa. Seperti misalnya jas hujan yang seringkali dilupakan oleh para pendaki pada saat ingin mendaki musim hujan. Selain keselamatan diri sendiri, juga keselamatan alam sekitar. Jagalah dengan baik, kita selalu menikmati keindahannya, alam telah memberikan yang kita butuhkan, kita masa tidak bisa menjaganya?
Salam Adibio
Mahasiswa penyuka sajak, pendamba udara sejuk.
Simaksi untuk pendakian prau via wates
Rp.5.000 untuk parkir
Rp.5.000 untuk tiket masuk.
0 Comments