Siang itu kota Purwokerto diguyur hujan. Langkah kakiku baru saja menapaki stasiun Purwokerto lalu menengok ke atas langit sana. Purwokerto semakin syahdu dengan rintikan hujan. Sebelumnya aku pernah mengunjungi kota ini pada tahun 2017. Dan sekarang, saat tahun 2018 aku kembali mengunjungi kota ini hanya satu kesimpulan yang bisa aku katakan: Purwokerto memang membuat nyaman.
Stasiun Purwokerto selalu menyajikan perpisahan dan pertemuan secara bersamaan. Bukan hanya stasiun Purwokerto saja, melainkan semua stasiun di seluruh Indonesia. Sembari menangkap perpisahan dan pertemuan yang terekam lewat bayanganku, aku menunggu jemputan dari panitia penyelenggara Tour City Spirit of Slamet. Untuk lebih jelasnya, kali ini aku datang ke Purwokerto untuk menghadiri acara Tour City Spirit of Slamet. Kebetulan dalam acara tersebut ada undangan kepada seluruh Genpi (Generasi Pesona Indonesia) se Jawa Tengah. Aku datang ke acara tersebut untuk mewakili Genpi regional Semarang. Dalam acara tersebut terdiri dari beberapa panitia seperti volunteer serta beberapa perwakilan dari Genpi Banyumas sendiri. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya aku dijemput oleh dua orang dari perwakilan panitia yang ternyata memakai mobil Volkswagen untuk menjemputku. Wow!. Sangat senang sekali tentunya.
Bersama mobil Volkswagen, aku dan dua panitia tadi melaju menuju pendopo Sipandji, tempat acara akan dimulai. Diiringi hujan serta aroma tanah yang semerbak, awal perjalananku di Purwokerto sangat syahdu. Setelah sampai di pendopo Sipandji, acara dibuka dengan berbagai sambutan dari beberapa panitia dan pemerintah kota setempat. Setelah semua selesai, aku dan beberapa perwakilan Genpi dari berbagai regional Jawa Tengah menyantap masakan khas Purwokerto lalu setelah itu kami memulai Tour City kami dengan menggunakan mobil VW Sapari dan VW Kodok.
naik vw menuju desa batik papringan |
suasana mendung dan syahdu sepanjang perjalanan |
di foto dari belakang he he |
Menuju Desa Batik Papringan, Banyumas
Tujuan hari pertama kami pada waktu itu adalah menuju ke Desa Batik Papringan, Banyumas. Konvoi dari pendopo Sipandji menuju Desa Papringan, Banyumas, pada waktu itu memakan waktu perjalanan sekitar 45 menit. Sampai di sana, aku terkejut memandangi berbagai macam batik yang dibuat sendiri oleh para pengrajin batik di daerah Papringan tersebut.
Tampak depak desa batik papringan |
Aku dan teman-teman Genpi yang lain masuk untuk melihat-lihat koleksi batik yang dibuat oleh para pengrajin batik tersebut. Sebagai informasi, Sentra Batik Banyumas yang berada di Papringan ini pada awalnya merupakan pelatihan yang diadakan oleh Bank Indonesia pada tahun 2013. Sejak tahun 2013 hingga sekarang, para pengrajin batik Papringan telah menciptakan berbagai macam varian batik yang dijual dengan berbagai harga, mulai dari Rp. 10.000 hingga Rp. 1.000.000. Batik Papringan bahkan sempat mengikuti acara IMF yang diadakan di Bali pada tanggal 8-14 Oktober 2018. Untuk ciri khas sendiri, Batik Papringan memiliki pakem batik dengan warna yang gelap. Di bawah ini beberapa contoh batik yang dibuat sendiri oleh para pengrajin batik:
Batik Semean Jenggot
Batik Semean Jenggot |
Batik Semean Jenggot merupakan hasil buatan para pengrajin batik di desa Papringan Banyumas. Arti dari Semean Jenggot adalah : menyebarkan kebaikan untuk hidup yang lebih baik.
Batik Babon Angrem
Batik Babon Angrem |
Selain Semean Jenggot, Batik Papringan juga menciptakan Batik Babon Angrem. Arti dari Babon Angrem adalah: kasih sayang ibu kepada anak.
Batik Alam Papringan
Batik Alam Papringan |
Dinamai Alam Papringan karena corak batik tersebut menggambarkan keadaan alam yang berada di desa Papringan, Banyumas.
Setelah puas melihat-lihat koleksi batik yang ada di sentra batik Papringan, kami diajak oleh para pengrajin batik setempat untuk belajar membatik sendiri. Ini merupakan hal baru bagiku sehingga aku sangat tertarik untuk mengikutinya. Menuju ke tempat pelatihan batik, aku terkejut dengan berbagai macam alat untuk membuat batik.
untuk pewarna batik,kalau ga salah namanya malam, aku lupa |
canting untuk menggambar batik |
ini dikhusukan untuk batik cap |
Butuh konsentrasi serta kesabaran yang sangat besar untuk membuat satu batik. Aku sendiri bahkan sampai coret-coret sangking susahnya menggambar batik lewat canting heuheu. Dari situ aku menyadari bahwa harga batik yang mahal tentu sepadan dengan cara pembuatannya yang sangat susah. Butuh tangan seorang ahli untuk membuat mahakarya batik yang sangat indah. Sebagai warga negara Indonesia, aku sangat bangga dengan adanya berbagai macam batik di berbagai daerah.
ini hasil batikanku sendiri wkwkwk |
Desa Batik Papringan, Banyumas menyimpan berbagai ragam batik unik yang berhasil membuka wawasanku terkait budaya yang ada di Indonesia. Melalui corak batik yang dibuat langsung oleh para pengrajinnya, disitu tersimpan berbagai cerita saat batik sudah selesai dan siap untuk dipakai.
Menuju Ke Kota Lama, Banyumas
Puas melihat dengan keanekaragaman batik dari desa Papringan, Banyumas, kini kami menuju ke kota lama Banyumas. Sesampainya disana, gerimis perlahan membasahi bumi Banyumas seiring kedatangan kami di kota lama Banyumas. Seiring datangnya suara rintik hujan yang turun, kami mendengarkan penjelasan dari tour guide terkait sejarah dari kota lama Banyumas ini.
Diceritakan dari tour guide asli Banyumas, bahwa kota lama Banyumas merupakan salah satu kabupaten dari bedahan Wirasaba atau Purbalingga. Wirasaba sendiri terbagi menjadi 4 bagian yaitu Wirasaba sendiri, Merden, Banjar Pertambakan yang menjadi cikal bakal dari Kabupaten Banjarnegara, dan Kejawar. Bupati pertama Banyumas dipegang oleh Joko Kahiman yang memerintah pada tahun 1582-1583. Lalu setelah itu ada Mertasura I, Mertasura II, kemudian ada Mertayuda I dan Mertayuda II, namun saat masuk ke pemerintahan Mertayuda II mendapatkan gelar sebagai Yudhanegara I. Pada saat rezim Yudhanegara I sampai 5, diceritakan oleh tour guide bahwa selain menjabat sebagai Bupati Banyumas, Yudhanegara 1 sampai 5 juga menjadi senopati-senopati Mataram. Pada saat Yudhanegara III terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Mangkubumi dari Perdikan Sukowati atau Sragen, sehingga Yudhanegara III harus melawan Mangkubumi karena Banyumas berada di bawah Mataram pada saat itu. Setelah berperang akhirnya berujung kepada Perjanjian Giyanti, Mataram sehingga mengalami perpecahan menjadi dua : Kasultanan dan Kasunanan. Setelah itu Mangkubumi ditunjuk sebagai sultan pertama di Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono I. Sementara itu Yudhanegara III ditunjuk sebagai Pati Yogyakarta pertama dengan gelar Danureja.
Kesimpulannya: Yang membuat kota Yogyakarta adalah orang dari Sragen dan Banyumas, heuheu.
Asyik mendengarkan cerita-cerita sejarah dari tour guide setempat, senja datang menyapa tanpa menunjukkan wujudnya. Sedari tadi gerimis rintik-rintik dengan syahdu membasahi bumi Banyumas.
tampak depan kota lama Banyumas |
Taman kota lama Banyumas |
.
Menuju ke Camp Area Umbul Bengkok (CAUB)
Puas menikmati sajian budaya serta keramahan kota Banyumas, rombongan kami akhirnya menuju ke tempat ngecamp dimana kami akan bermalam disitu. Tempat camp yang akan kami tuju bernama CAUB atau Camp Area Umbul Bengkok. Dari Kota Lama Banyumas menuju ke CAUB memakan waktu yanga cukup lama, terlebih jalannya lumayan berkelok-kelok dan terkadang ada aspal yang rusak. Perjalanan menuju ke CAUB benar-benar sangat ekstrim pada waktu itu. Namun walau begitu, sepanjang perjalanan gunung Slamet gagah menampakkan dirinya di depan mataku secara langsung.
Sesampainya disana, ternyata CAUB merupakan tempat camp yang amat sangat tenang dan syahdu. Disini kamu tidak perlu khawatir karena tidak membawa tenda, karena disini sudah menyediakan tenda sehingga kamu hanya perlu memesan jauh-jauh hari agar tidak kehabisan tenda. Untuk harga, apabila kamu memakai tenda dari sini, maka uang yang harus kamu bayar hanya Rp 50.000. Apabila hendak membawa tenda sendiri, maka kamu hanya membayar Rp. 25.000 saja. Selain itu, kamu jangan takut kedinginan walau berada di kaki gunung Slamet, karena CAUB menyediakan sleeping bag yang bisa kamu sewa dengan harga Rp. 10.000.
Bermalam disini sangat enak dan nyaman, walau udara terbilang dingin, namun disini menyediakan warung-warung yang menyajikan berbagai macam makanan, bahkan ada yang menyediakan jagung bakar serta mendoan khas daerah sana. CAUB bisa jadi rekomendasi kamu untuk sekadar menikmati pemandangan alam saat berada di daerah Purwokerto dan sekitarnya. Di sini juga terdapat kolam renang yang dapat kamu nikmati saat pagi hari.
tendanya banyak cuy |
suasana pagi di CAUB |
CAUB tampak dari depan |
warung dekat CAUB, disini kalian juga bisa numpang ngecas hape |
kolam renang dekat CAUB |
Istirahat sejenak di CAUB merupakan refleksi diri yang sangat ampuh setelah seharian mengunjungi berbagai macam wisata budaya kota Banyumas. Hari esoknya sebenarnya akan menjelajahi wanawisata Baturraden. Tapi karena cuaca tidak mendukung, akhirnya tidak jadi dan kami hanya mengunjungi museum taman anggrek dan taman labirin saja. Setelah itu, kami pulang dan makan di omah maen.
Perjalanan bersama Genpi Jateng merupakan pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupku. Kesempatan ini tentu sangat berharga bagiku. Sebagai seseorang yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati, mengenalnya lewat budaya-budaya serta berbagai macam keunikannya merupakan salah satu hal yang harus aku lakukan agar rasa cintaku terhadap Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Terima kasih Genpi Jateng,
Salam Lestari.
5 Comments
asiikkk banget, jadi pengen ikut camp disana huhuhuhu
ReplyDeleteIyah mbak seruu heuheu
ReplyDeleteWaaah, batiknya cantik banget! Jadi pengen punya...
ReplyDeleteAsik yah kayaknya jalan-jalannya. Seru deh ceritanya, lengkap banget.
Cantik banget mbak batiknya, masih banyak lagi 😅. Langsung cus ke desa batik Papringan, Banyumas mbak
Deleteuwenak banget ya ... mobile jos jos ... batike keren
ReplyDelete