Jam dinding berdetak detik demi detik. Berjalan dengan suara jarum yang sangat khas di telingaku malam ini. Sembari menunggu pesanan takdir yang aku pesan dari seorang barista di sebuah kedai kopi, aku sedang melamunkan hal-hal yang sepatutnya tidak aku pikirkan. Berdiam terus berdiam tanpa ada ucap kata yang keluar dari mulut. Sedari tadi pikiran ini melayang-layang tak tentu arah, tanpa komando, tanpa perintah. Semua berjalan apa adanya, tanpa ada paksaan dan segala halnya. Andai kata pikiran ini dapat aku kekang dan aku masukkan ke dalam jeruji besi, mungkin aku tidak akan melamun tak tentu arah seperti ini. Pikiran hanya berdiam diri di pojokan jeruji besi, sembari menyeduh kopi atau menulis selama ia di balik jeruji besi tersebut. Namun tak bisa, pikiran ini selalu memikirkan hal-hal yang di luar dugaan. Sesekali muncul pikiran tentang hari kemarin, saat aku tak sengaja melihat seorang gadis pujaanku yang sedang lewat di hadapanku ketika ia baru saja selesai dari kuliahnya. Jantungku seketika langsung berdegup kencang, bumi ini seakan berguncang, dan tatapan mataku tak lepas dari seorang gadis yang sedang mengenakan kemeja hitam serta tangannya yang dihiasi dengan banyak gelang. Rasanya seperti jatuh hati yang membuat hari-hari akan berjalan indah. Tak peduli apa yang akan terjadi di depan. Yang aku rasakan adalah saat itu--tatap mataku yang tak sengaja di balas tatap mata olehnya.
Takdir yang aku pesan belum juga datang. Jemariku mengetuk-ngetuk meja seraya melihat jam dinding. Jam terus berubah, sementara rasaku terhadap kejadian kemarin sama sekali tak berubah. Entahlah, pikiran ini tak pernah terlepas dari perasaan itu. Barangkali, manusia memang ahli dalam menangkap perasaan senang yang masuk ke dalam sukmanya, atau barangkali sibuk memikirkan perasaan?
Di hadapannya tak tahu apa yang akan terjadi. Sedang disini manusia di kedai kopi tersebut tak henti-hentinya menunggu takdir yang ia pesan seraya memikirkan perasaan yang entah akan bermuara ke pelabuhan yang mana. Dengan secuil senyum yang terlintas di bibirnya, serta pandangan mata bahagia, manusia itu tak henti-hentinya memikirkan sesuatu yang belum pasti, namun sangat membahagiakan hati.
----------
Hujan sedang mesra-mesranya bercumbu dengan tanah bumi. Sedari tadi pagi hingga menjelang senja, rintikan hujan tak henti-hentinya menggaungkan rasa puasnya kepada sang bumi sehabis diizinkan oleh sang Pencipta untuk menumpahkan segala isinya. Orang-orang tak peduli dengan perasaan yang dirasakan oleh hujan ketika itu, yang mereka pikirkan hanya bagaimana caranya supaya dapat membeli pasokan makan sebelum datang hujan, atau berusaha secepat mungkin untuk dapat sampai ke rumah sebelum hujan menyapa.
Barangkali kamu mau duduk bersamaku di sudut kota ini? Sembari meminum secangkir teh atau kopi lalu berbicara tentang hal apa saja yang terjadi di muka bumi ini? Baiklah, akan aku ceritakan sesuatu hal yang menarik bagiku akhir-akhir ini.
Barangkali sebagian kita pernah merasakan pikiran secara berlebihan. Dengan mendewakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di depannya tanpa mengambil keputusan dengan tegas sehingga yang terjadi hanya omong kosong belaka dan pulang dengan tidak membawa apa-apa. Kemungkinan-kemungkinan yang akan mengakibatkan sesuatu rencana akan gagal selalu menghantui dirimu di setiap kamu hendak menjalankan sesuatu yang bagi kamu sangat menyenangkan dan dapat memuaskan hasrat kamu. Terlalu merasakan pikiran dengan segala logika yang menurut kamu adalah segalanya.
Logika adalah nomor satu, sedang progres hanya omong kosong belaka.
Di atas sana, awan sedang menari-nari di atas penderitaan kamu yang sedari tadi terlalu sibuk dengan pikiran kamu. Hanya diam saja, termenung, menyalahkan segalanya, hingga akhirnya kamu lelah dengan semua dan persetan. Aku sering mendengar bahwa seorang pebisnis selalu mengambil keputusan tanpa banyak pikiran. Terlalu banyak pikiran, bisnis itu tidak akan jalan sehingga yang terjadi kamu kembali kepada pemikiran kamu sendiri, yang entah bermuara kemana. Sungguh hal yang merugi bagi orang yang hanya ingin mendapatkan keuntungan di awal tanpa mau melakukan berbagai macam proses yang menghadang di depan. Percayalah terhadap mimpi serta langkah yang kamu ambil saat ini. Tatap kedepan, dan lakukan segala proses yang akan dijalani sehingga dapat berada di tempat mimpi kamu berada. Memikirkan terlebih dahulu memang sangat penting, namun terlalu banyak memikirkan tentu akan membuat suasana menjadi genting.
--------
Ah, ya, baru saja takdir yang aku pesan hinggap di atas mejaku. Sudah hampir beberapa jam aku menunggu namun tidak datang-datang jua. Hendak aku seruput takdir tersebut, namun tiba-tiba ada seseorang menghampiriku dengan sangat manis, lalu duduk dihadapanku.
"Maukah kamu berkompromi denganku?"ujar seseorang di depan dengan tatapan mata yang sangat kosong, serta rambut yang cukup berantakan. Entahlah, barangkali ia kekurangan tidur.
Semarang, 20 Januari 2019.
0 Comments