Pertama Kali Naik Pesawat
Langkahku terburu-buru mendekati bandara Ahmad Yani. Maklum saja, ini pertama kalinya aku mencoba transportasi udara sehingga aku takut akan ketinggalan pesawat. Jam penerbangan menuju ke Palembang pukul 12.05 WIB, namun aku sudah berada di bandara sejak pukul 10.00 WIB. Pertama kali masuk ke bandara aku sempat bingung karena banyak sekali manusia yang bersliweran menenteng koper ataupun menggendong tas. Bandara tak ada bedanya dengan stasiun; sama-sama menyajikan perpisahan. Hanya saja, bedanya aku pernah melihat orang menangis sesenggukkan melepaskan orang tersayang di bandara.
Tanpa memperhatikan sekitar, aku langsung menuju tempat check-in guna menukarkan e-ticket. Setelah menukarkan e-ticket, aku diperiksa oleh petugas dan tas-tas harus dimasukkan ke dalam box, tak terkecuali sabuk, jam dll. Ah, agak malas juga melepas sabuk, namun mau bagaimana lagi. Setelah semuanya selesai, aku menunggu di tempat boarding.
Jam masih menunjukkan pkl 11.00 WIB dan aku sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam pesawat. Saat aku lihat di tiket aku harus menunggu di gate 2B. Dikarenakan gate 2B dipenuhi oleh orang-orang yang akan naik Garuda Indonesia menuju Jakarta, aku pun bertanya kepada petugas.
"Pak, ini untuk yang naik Citilink jurusan Palembang menunggu di gate 2B?", tanyaku penasaran.
"Oh, untuk yang jurusan Palembang dipindahkan ke gate 1B". jawab petugas sembari menunjukkan gatenya.
Oalah, untung saja aku bertanya kepada petugas. Oh ya, aku menggunakan maskapai Citilink untuk menuju ke Palembang. Citilink memang cocok bagi traveller yang ingin menggunakan jalur udara untuk kegiatan travelling, sebab harganya hemat dan merupakan maskapai bintang empat. Aku cinta Citilink.
Jam 12.05 WIB pun tiba. Aku sudah masuk di dalam pesawat dan ini untuk pertama kalinya aku menggunakan istilah take off untuk mengirimkan pesan.
Beruntungnya aku berada di samping jendela sehingga aku dapat menikmati pemandangan seperti ini
pemandangan samudera awan, biasanya dari gunung |
Di dalam pesawat sempat merasakan getaran-getaran yang membuatku ikut gemetar. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 1 jam setengah dan pada akhirnya aku sampai di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Sampai di Palembang
Sesampainya di Palembang aku langsung disambut oleh panitia Famtrip Musi & Beyond 2019. Mbak Atik dan Mba Mega, begitulah nama orang-orang yang akan mengajakku berkeliling Palembang selama beberapa hari ke depan. Di bandara juga sudah ada beberapa peserta yang akan ikut Famtrip ini juga. Ada yang dari Singkawang, Jakarta, Bogor bahkan Batam. Kami pun berkenalan satu sama lain.
Setelah semuanya selesai, kami langsung menuju ke LRT. Wah ini pertama kalinya aku naik LRT. Sebelumnya saat di Jakarta aku hanya naik KRL saja dan bahkan belum mencoba MRT.
LRT di Palembang ini memiliki 13 stasiun. Start LRT dimulai dari bandara dan berakhir di stasiun DJKA. LRT ini memang dibangun guna persiapan Asian Games 2018 lalu. Untuk naik LRT, kamu hanya perlu membayar Rp10.000 hingga sampai stasiun Dishub. Dikarenakan selama acara ini transportasi gratis, maka aku tidak membayar sama sekali hehe.
ruang tunggu LRT stasiun bandara |
LRT tampak depan |
foto dulu di dalam LRT |
Setelah memakan waktu kurang lebih setengah jam, kami tiba juga di stasiun Dishub lalu turun dan melanjutkan perjalanan menuju ke hotel. Selama di Palembang, aku akan menginap di hotel Batiqa Palembang. Sebelumnya aku sudah mengulasnya, kamu dapat membacanya di sini
Selama perjalanan ke hotel aku mengamati kota Palembang melalui jendela mobil. Kota ini memang memiliki banyak sejarah, terutama dari kerajaan Sriwijaya. Tak heran apabila banyak sekali wisata sejarah yang berada di Palembang. Selama Famtrip nanti, ada banyak sekali wisata sejarah yang akan kami kunjungi, yaitu Pulau Kemaro, Bukit Siguntang, Kampung Arab Al-Munawwar dll. Sudah tidak sabar rasanya menanti hari esok.
Sesampainya di hotel Batiqa, kami langsung disambut oleh pempek dari Bunda Rayya. Bunda Rayya menyajikan beragam pempek, mulai dari pempek telor, pempek kulit, pempek lenjer, hingga pempek pistel warna-warni yang adonannya terbuat dari buah dan sayur. Aku semakin ngiler melihat pempek di atas meja. Tanpa menunggu lama, aku dan peserta Famtrip mencicipi pempek dari Bunda Rayya. Oh ya, btw Bunda Rayya ini milik bunda Elisa.
aneka macam pempek |
pempek warna-warni |
Kamu dapat mengunjungi instagram @bundarayyanew atau ownernya @yus_elisa apabila penasaran dengan pempeknya.
Puas menikmati pempek, kami pun bergegas untuk menuju kamar masing-masing guna istirahat sebentar dan menaruh barang. Jam masih menunjukkan pkl 15.30 WIB, nanti malam ada acara welcoming dinner di Riverside Restaurant. Oh ya, aku sekamar berdua dengan bang Prima, blogger dari Singkawang. Orangnya enak diajak ngobrol karena kami sama-sama suka jalan-jalan. Sembari menunggu acara nanti malam, kami pun istirahat sejenak di kamar.
Welcoming Dinner di Riverside Restaurant
Hal yang paling lucu dari aku dan bang Prima saat satu kamar dalam perjalanan kali ini adalah: kami ketinggalan rombongan saat menuju ke Riverside Restaurant. Memang, pada awalnya di grup WhatsApp mengumumkan bahwa jam 19.15 WIB harus di lobi. Namun setelah itu, grup WhatsApp tampak sepi hingga jam 20.30 WIB. Aku dan bang Prima pun sama-sama bertanya, kok jam segini acara belum juga mulai. Eh ternyata pas aku melihat insta story dari instagram @charming.palembang, mereka semua sudah berada di Riverside Restaurant. Tanpa basa-basi, aku dan bang Prima pun memesan Go-Car untuk menuju ke Riverside Restaurant.
riverside tampak depan |
Sialnya lagi, sampai di Riverside Restaurant kami hanya mendapatkan sisa-sisa makan malam. Lauknya sudah habis, yang tersisa hanya sayur-sayuran :(. Beginilah nasib orang yang datang terlambat. Walaupun begitu tak apa-apa karena acara belum berakhir. Sepanjang acara, kami disuguhi oleh tarian-tarian dan lagu khas Palembang. Hal yang paling mengesankan dari Riverside Restaurant adalah, kamu dapat menikmati sajian makan malam dengan pemandangan sungai Musi langsung beserta jembatan Ampera yang sangat megah, kerlap-kerlip saat malam hari. Aku tenggelam dalam suasana sungai Musi yang tenang, disertai dengan suara gemeicik airnya yang syahdu. Ah, dalam satu hari saja aku sudah jatuh cinta dengan Palembang.
welcoming dinner di riverside restaurant |
pemandangan jembatan ampera dari riverside restaurant |
Malam Jatuh di Jembatan Ampera
Menyadur lagu dari Silampukau, rasanya malam ini benar-benar jatuh di antara jembatan Ampera. Walaupun jalanan ramai dengan kendaraan, namun suasana di sekitar sini berhasil membuat hatiku terasa nyaman. Sekali lagi, suara gemericik sungai Musi berhasil menghipnotis diriku pada malam ini. Di tambah dengan pemandangan kota Palembang dari jembatan Ampera sini membuatku semakin yakin bahwa aku telah jatuh cinta dengan Palembang.
Setelah acara welcoming dinner selesai, kami bereenam: bang Achi, bang Prima, Rudi, Multi dan Lichun memutuskan untuk pergi ke jembatan Ampera untuk sekadar berfoto berlatarkan jembatan Ampera dari jarak dekat.
Banyak sekali yang bilang belum ke Palembang rasanya kalau tidak foto di jembatan Ampera. Memang betul, di jembatan Ampera kami berfoto ria dan mengambil dari berbagai angle foto. Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu banyak mengambil foto. Menikmati suasana syahdu dari sini saja rasanya sudah cukup.
Tak terasa jam menunjukkan pkl 23.00 WIB, kami harus bergegas menuju hotel untuk persiapan acara esok hari agar tidak kemalaman. Sebelum memutuskan pergi, salah satu kami berkata
"Emang ada Go-Car yang mau nerima penumpang di jembatan Ampera yang lalu lintasnya cepet banget?"
Kami pun memutuskan untuk menuruni jembatan Ampera. Capek.
0 Comments