Mungkin, bagi kebanyakan orang yang berkata kalau hujan di sore hari itu syahdu, belum pernah mencoba rasanya kehujanan di tengah jalan sembari menerjang jalanan Kaliurang di Yogyakarta di long weekend. Dengan kendaraan roda dua dan bermodalkan jas hujan beserta keahlianku dalam menerobos kemacetan, aku mencoba untuk tidak berkata "jancok" sekeras-kerasnya di sekitar pengendara lainnya. Pasalnya, macet ini membuat kesabaranku sudah tidak tertahankan lagi. Tinggal menunggu waktunya saja, semua umpatan-umpatan akan keluar dari mulutku bak lahar yang keluar dari gunung berapi. Untung saja, hal itu tidak aku lakukan kala itu. Sebab, di belakangku ada sosok perempuan manis yang setia menemani perjalananku kala itu, yaitu Karina.
Sehabis dari Kaliadem Merapi, kami sepakat untuk pergi ke sebuah kedai sate yang sangat terkenal di kalangan pencinta kuliner. Dikarenakan aku bukan pencinta kuliner, aku tidak tahu apa-apa mengenai kedai tersebut. Bahkan, setelah berkali-kali aku ke Jogja, kedai itu baru aku dengar saat itu juga.
"Wah, memang Jogja terlalu luas dan tidak bisa dieksplor hanya satu hari saja" Ungkapku dalam hati.
Meski bukan orang yang berorientasi dengan kuliner, aku cukup excited untuk pergi ke kedai sate tersebut. Pasalnya, selain perut yang sudah lapar karena kehujanan dan terjebak macet, konon katanya kedai sate ini telah terkenal di seantero nusantara, bahkan turis mancanegara sekaligus.
"Sate Ratu, sih, katanya ramai terus. Soalnya emang udah terkenal banget" Ungkap Karina saat memperkenalkan kedai sate tersebut.
Ya, nama kedai yang akan kami kunjungi adalah kedai Sate Ratu.
Menuju Lokasi
Berlokasi di Jl. Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur, Kec Depok, Kabupaten Sleman, Sate Ratu terbilang berada di area yang strategis. Bagaimana tidak, jika kamu menginap di hotel area UGM, kemungkinan hanya memakan waktu 15-20 menit untuk mencapai lokasi. Beda halnya kalau kamu menginap di hotel area Undip, sudah dipastikan kamu akan sampai di lokasi dalam 3-4 jam.
Jalan menuju lokasi diisi dengan berbagai macam kafe dan restaurant yang unik. Bagaimana tidak, cafe-cafe tersebut tepat berada di samping sawah sehingga bisa menjadi opsimu untuk pergi ke situ setelah dari Sate Ratu. Salah satu cafe yang menurutku sangat eksotis di area situ adalah Marisini Coffee. Mungkin, kamu sudah pernah mendengar cafe tersebut.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit dari Kaliadem, kami akhirnya sampai juga di Sate Ratu. Sesuai dugaan, ternyata ramai sekali tempatnya. Bahkan, kami menjadi waiting list terlebih dahulu bersama beberapa rombongan lainnya.
"Kalau ramai begini, sih, udah pasti enak, ya, bukan karena pesugihan dan lain-lain" Ungkapku.
"Ya, mana mungkin pesugihan. Kalau pesugihan kan turis mancanegara ga bakal kena efeknya" Timpal Karina.
Setelah berbincang-bincang tanpa arah, akhirnya nama kami dipanggil juga. Oh ya, sebelum memesan makanan, aku disuruh memilih terlebih dahulu minumannya. Untuk minuman sih rata-rata disediakan kemasan botol gitu. Ada air mineral dingin atau biasa, minuman soda, atau bahkan minuman OT. Jadi, ya, tinggal pilih sesuai dengan selera.
Kami pun memilih air mineral dan bergegas untuk menuju ke meja.
Pemandangan dari parkiran |
Suasana di Sate Ratu
Tempatnya bisa dibilang sangat luas. Harusnya, ada tempat untuk outdoor. Namun, karena sedang hujan akhirnya tempat yang outdoor tidak bisa dipakai. Nah, akibat hal tersebut, aku terpaksa harus masuk waiting list terlebih dahulu. Tetapi, menunggu sebentar tidak ada salahnya, sih. Masa orang Nepal yang jauh-jauh sudah pernah nyobain sate ini, sedangkan aku belum. Jelas tidak mau kalah.
Sate Ratu bisa dibilang sangat asri sekali tempatnya. Di sekelilingnya terdapat pohon-pohon tinggi menjulang beserta rerumputan hijau yang menyegarkan mata. Selain perut kenyang, mata pun juga ikut dimanjakan.
Lagi nunggu pesanan |
Rame banget cuy |
Ini outdoor-nya, asri, kan? |
Enak banget, sayangnya lagi hujan |
Mengintip orang yang ngipasin satenya |
Dari sudut yang lainnya |
Menu dan Harga Sate Ratu
"Mba, aku pesan sate kulit satu, ya, sama kamu apa? Tanya aku ke Karina
"Aku sate merah aja, deh" Jawabnya
"Oh, mohon maaf mas, sate kulitnya kebetulan sudah habis" Jawab mba-mba waiters-nya
"Yah, yaudah deh mba, sate merah juga satu, sama kaldu ayamnya ya" Jawabku
"Tambah nasi satu mba" Timpal Karina
"Oke, berarti kaldu ayam satu, sate merah dua, sama nasi satu ya?" Kata mba waiters-nya
"Iya mba" Jawab kami bersamaan
Untuk menunya sendiri, kamu bisa memilih tiga varian sate yang disediakan oleh Sate Ratu. Ada sate merah, sate kanak, dan sate kulit. Lalu, untuk menu tambahannya, ada ceker tugel, lilit basah dan kaldu ayam.
Dikarenakan tidak ada sambal kacang, aku berinisiatif untuk memesan tambahan sambal ulek biar satenya makin nikmat.
Berikut daftar menu beserta harga di Sate Ratu:
- sate merah: Rp25.000
- sate kanak: Rp25.000
- sate kulit: Rp25.000
- nasi: Rp5.000
- kaldu ayam: Rp5.000
- sambal ulek: Rp5.000
Beruntungnya, waktu itu lagi ada promo. Kata mba-mbanya aku harus upload story tentang Sate Ratu lalu tag Instagram-nya @sateratu.
Penampakan satenya |
Instagram story |
Nikmat guys |
Tekstur satenya lembut banget. Bumbunya pun kayak udah ngeresep di dalamnya. Jadi, pas udah digigit tuh rasanya benar-benar kayak mau.... (isilah titik tersebut). Belum lagi kalau ditambahin sambal uleknya. Beuh, memang nggak salah kalau Sate Ratu udah didatangi pengunjung dari 85 negara.
Bagi yang penasaran, bisa follow IG-nya ya @sateratu. Sekian tulisan blog-ku mengenai kuliner sate di Yogyakarta. Tunggu tulisan-tulisanku selanjutnya, ya, mengenai kuliner dan tempat-tempat wisata.
0 Comments